Sungguh kehilangan yang sangat besar buat GBI Pekapuran, salah seorang Pendeta yaitu Pdp. Eddy Satika telah dipanggil pulang ke Rumah Bapa pada hari Jumat 9 Juli 2021.
Mengingat kondisi PPKM yang sedang berlaku di wilayah Indonesia, sesuai ketentuan pemerintah dan himbauan dari Gembala Pdt. Grace Moon, terpaksa jemaat diminta untuk tidak perlu hadir secara fisik dalam lokasi acara ibadah pemakaman almarhum Pdp. Eddy Satika yang dilaksanakan pada hari Sabtu siang di TPU Pondok Rangoon.
Ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Grace Moon ini sungguh sangat mengharukan dan penuh air mata. Demikian juga jemaat yang mengikuti dari rumah melalui aplikasi Zoom turut merasakan kedukaan yang begitu besar.
Gembala Sidang Pdt. Grace Moon dalam acara tersebut menyampaikan bahwa semasa hidupnya Pdp. Eddy Satika adalah orang yang sangat baik dan tulus dalam melayani, Gembala juga mempercayakan Bendahara Gereja dipegang oleh almarhum karena setianya.
Gembala juga memberi kesaksian singkat perjalanan karir Pdp. Eddy Satika sejak pertama bergabung di GBI Pekapuran hingga terlibat dalam pelayanan dan menjadi pendeta.
Pdt. Grace Moon juga bersyukur bahwa Pdp. Eddy Satika juga berhasil membawa anak-anaknya terlibat aktif dalam pelayanan.
Banyak kata-kata dari Gembala yang menyentuh hati mengenai almarhum membuat siapapun yang mendengarnya tidak sanggup menahan air mata. Bahkan saat menyampaikan pun beliau terbata-bata dan berusaha menahan tangis.
Turut hadir dalam ibadah pemakaman Pdm. Jeli Sidabutar sebagai rekan terdekat dalam Tim Penggembalaan GBI Pekapuran, juga Pdt. Leo dari GBI Citra Maja.
Seluruh anak dan keluarga besar dari Pdp. Eddy Satika turut menghadiri ibadah pemakaman, sedangkan istri almarhum masih dalam perawatan di Rumah Sakit dan mengikuti ibadah via Zoom.
Pdp. Eddy Satika yang lahir tanggal 17 November 1962 ini memiliki empat orang anak yang terdiri atas seorang putra dan tiga putri. Sebelum masuk dalam pelayanan, beliau sudah bekerja sebagai pengusaha.
Sekitar tahun 2011-2015 beliau terpanggil untuk masuk dalam pelayanan yang lebih dalam lagi yaitu dengan mengikuti pendidikan untuk menjadi pendeta. Pada masa tersebut pun Gembala mempercayakan Bendahara Gereja kepada beliau.
Pendeta yang dikenal kalem dan sangat baik ini juga menjadi koordinator beberapa bidang komisi.
Penulis sendiri yang berada dalam koordinasi almarhum sangat kehilangan dan sempat tidak percaya. Almarhum sangat supporting dalam setiap hal dan mau mendengar segala permasalahan yang kami hadapi dalam pelayanan.
Sifat almarhum yang kebapakan dan peduli membuat penulis menganggap Bp. Eddy Satika sebagai sahabat dan seperti bapak sendiri.
Selamat jalan Pak Eddy, bapak mendahului kami masuk ke Rumah Bapa dimana ada damai dan sukacita selamanya di sana.
Sampai berjumpa kembali!